Methylprednisolone   |  
  
  |  
  Methylprednisolone   4 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet),  No.   Reg : GKL0508512310A1.   |  
  
  |  
  Farmakologi :.  |  
  Methylprednisolone adalah suatu   glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam (salt retaining   properties)), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi   adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama digunakan sebagai anti-inflamasi   pada sistem organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid menimbulkan efek   metabolisme yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid merubah respon   kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan.  |  
  
 
  |  
  Indikasi :.  |  
  - Kelainan endokrin :        insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone merupakan        pilihan pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan mineralokortikoid        dapat digunakan); adrenal hiperplasia kongenital; tiroid non-supuratif;        hiperkalemia yang berhubungan dengan penyakit kanker. 
 
  |  
  
 
  |  
  .: Kontra Indikasi :.  |  
  Methylprednisolone   dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif   terhadap komponen obat.  |  
  
 
  |  
  .: Dosis :.  |  
  Dosis   awal bervariasi antara 4–48 mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya   penyakit, serta respon penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang   memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif minimal untuk   pemeliharaan.   Pada situasi klinik yang memerlukan methylprednisolone dosis tinggi termasuk   multiple sklerosis : 160 mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan menjadi 64   mg/hari selama 1 bulan menunjukkan hasil yang efektif.   Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada penderita usia lanjut,   khususnya dengan jangka lama harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat   resiko yang besar dari efek samping kortikosteroid pada usia lanjut,   khususnya osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap infeksi dan   penipisan kulit. Pada   anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus   didasarkan pada respon klinis dan kebijaksanaan dari dokter klinis.   Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan periode yang pendek, jika   memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal secara ADT.  |  
  
 
  |  
  .: Efek Samping :.  |  
  Efek   samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-hal   yang tercantum di bawah ini tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang spesifik   telah diteliti dengan menggunakan formula khusus. - Gangguan pada cairan dan        elektrolit : Retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif,        kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia alkalosis,        hipertensi. 
 - Jaringan otot : steroid        miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan tulang        belakang, keretakan pathologi. 
 - Saluran pencernaan : ulserasi        peptik dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan, pankretitis,        ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastrik, kembung        perut. Peningkatan Alanin Transaminase (ALT, SGPT), Aspartat        Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline Phosphatase telah diteliti pada        pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini biasanya kecil, tidak        berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat reversibel apabila        pemberian obat dihentikan. 
 
  |  
  
 
  |  
  .: Peringatan dan Perhatian :.  |  
  - Pemberian obat dalam jangka        lama dapat menyebabkan katarak subkapsular, glaukoma, dan sekunder        infeksi okular yang berhubungan dengan jamur dan virus. 
 - Pemberian methylprednisolone        dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, retensi garam        dan air, peningkatan ekskresi kalium dan kalsium, serta menurunkan daya        tahan tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri dan virus 
 - Penderita yang mendapat        terapi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi cacar. Vaksinasi lain        hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang mendapat terapi        methylprednisolone dosis tinggi karena adanya kemungkinan bahaya dari        komplikasi neurologik dan berkurangnya respon antibodi. 
 - Pemberian obat pada pasien        tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberkulin, harus disertai observasi        lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktivasi dari penyakit tersebut.        Selama terapi jangka panjang, pasien harus diberi khemoprofilaksis.
 - Pemberian pada wanita hamil        dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya manfaat dibandingkan        resikonya. 
 - Penggunaan pada penderita        sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek kortikosteroid.
 
  |  
  
 
  |  
  .: Interaksi Obat :.  |  
  - Pemberian methylprednisolone        bersama siklosporin meningkatkan efek penghambatan metabolisme dan        terjadinya konvulsi pernah dilaporkan. 
 - Obat-obat yang menginduksi        enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin, rifampicin, rifabutin,        Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat meningkatkan klirens        methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon obat yang        diharapkan diperlukan peningkatan dosis. 
 
  |  
  
 
  |  
  Penyimpanan: Simpan   dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15 - 30oC HARUS   DENGAN RESEP DOKTER  |  
0 komentar:
Posting Komentar